Konflik
yang menimpa Mariani dan Herman sedikit berbeda. Keduanya mengadukan
nasibnya pada Komisi I DPRD, karena menganggap menerima perlakuan yang tidak
adil dari perusahaan tempatnya bekerja. Mereka merupakan karyawan PT Geutah Kaye yang telah bekerja sejak tahun 2000 lalu dan bertugas sebagai
juru masak. Namun sejak bulan Agustus tahun lalu mereka dimutasikan dari mess
Separi I ke mess Separi II. Karena jarak keduanya jauh maka mereka menolak
untuk dipindah dan memilih berhenti bekerja. Dengan meminta pesangon dan sisa
pembayaran gaji serta uang lembur yang menjadi hak mereka. Pihak perusahaan
tidak dapat menerima begitu saja, karena menganggap keduanya telah mengkir dari
kerjaannya. Dengan alasan ketidakdisiplinan sehingga perlu dibina lebih lanjut.
Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu kami melakukan pembinaan, kata
Erwan Agim Direktur PT Geutah Kaye. Dengan alasan bahwa masalah kedisiplinan
tidak dapat ditolerir maka perusahaan tidak dapat memenuhi sesuai yang diminta
keduanya. Selain itu nilai nominal yang diminta dianggap sangat berlebihan.
Permasalahan
ini menjadi panjang dan rumit ketika keduanya saling melaporkan pada pihak yang
berwenang. Sampai akhirnya masalah ini mendapat putusan P4D (Penyelesaian
Perselisihan Permasalahan Perburuhan Daerah) dari propinsi. Namun belum
menghasilkan karena keduanya akan meneruskan ketingkat pusat, karena belum
mendapatkan keputusan yang sesuai dengan yang diharapkan. Ketidak sepahaman
antar keduanya yang terus berlarut-larut. Maka Komisi I DPRD bersama manajemen
perusahaan, Pengadilan Negeri, kepolisian dan Dinas Tenaga Kerja Kukar
memfasilitasi pertemuan antar karyawan dan perusahaan untuk dapat diselesaikan
secara kekeluargaan. Keduanya memiliki itikat baik untuk dapat menyelesaikan
dengan musyawarah, kata Martin Apuy. Maka mengambil jalan tengah yang terbaik
bagi keduanya masih terbuka lebar.
Akhirnya
penantian panjang Mariani dan Herman telah berakhir. Setelah lebih dari
delapan bulan berjuang untuk mendapatkan haknya, kesepakatan perdamaian antar
keduanya telah disepakati. Tuntutan berupa ganti rugi pesangon, kekurangan gaji
dan upah lembur yang diminta dapat dipenuhi perusahaan. Walaupun tidak sebesar
tuntutan semula, namun dengan dipenuhinya hak mereka sebesar Rp 14 juta untuk
masing-masing karyawan. Kesepakatan ini membuat lega kedua belah pihak, PT Geutah Kaye dengan karyawannya Mariani dan Herman. Kami menerima kesepakatan
ini, pada dasarnya kami ingin menempuh upaya damai, papar Mariani.
Sebenarnya
untuk masalah ini bisa dilakukan dengan berbagai cara.
1. Membentuk suatu system informasi yang
terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan
membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui loudspeaker.
2. Buat komunikasi dua arah antara
atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat
rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi
masalah di lapangan.
3. Beri pelatihan dalam hal komunikasi
kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru
bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal
komunikasi.
KONFLIK ANTARA ATASAN
Tak perlu heran
jika dalam suatu perusahaan terdapat bebagai macam konflik. Baik konflik antar
karyawan, konflik antara atasan dan konflik antara karyawan dengan atasan. Ada
beberapa faktor penyebab dari beberapa konflik tersebut, yaitu:
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Konflik juga dapat berkembang
karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut:
- Batasan pekerjaan yang tidak jelas
- Hambatan komunikasi
- Tekanan waktu
- Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
- Pertikaian antar pribadi
- Perbedaan status
- Harapan yang tidak terwujud
Pada halaman
ini, penulis ingin membahas konflik antar pemimpin atau antar atasan.
Konflik antar
pemimpin tak luput dalam suatu organisasi perusahaan. Seperti yang sudah
dijabarkan sebelumnya faktor penyebab dari konflik tersebut, yaitu:
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Contoh real
yang sering terjadi dalam konflik antar pemimpin adalah rasa ingin saling
menonjol dalam kepiawaian memimpin. Hal ini dapat terlihat dari cara mereka
dalam:
- Bersikap kepada karyawan dengan cara berlebihan
- Cara mereka berlomba-lomba dalam memanjakan karyawan
- Perbedaan keputusan yang tak berujung saat dibutuhkannya suatu keputusan,
- Persaingan yang tak lumrah dalam memperoleh jabatan lebih, dan hal-hal lainnya yang dapat menimbulkan penialaian tersendiri dari karyawan.
Konflik tersebut dapat dicegah
atau dikelola dengan :
- Disiplin : Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer utama atau pemilik perusahaan harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
- Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan : Konflik dapat dikelola dengan mendukung manajer utama atau pemilik untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya.
Misalnya : manajer junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk
mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi manajer senior
yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
- Komunikasi : Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
- Mendengarkan secara aktif : Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.
Oleh : Ketua Umum DPP-SPAI
Jamali Burma