MENGAYOMI PEKERJA, MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA, UNDANG-UNDANG TENAGA KERJA

Rabu, 23 Agustus 2017

KONFLIK ANTARA PERUSAHAAN DAN KARYAWAN


 

Konflik yang menimpa Mariani dan Herman sedikit berbeda. Keduanya mengadukan nasibnya pada Komisi I DPRD, karena menganggap menerima perlakuan yang tidak adil dari perusahaan tempatnya bekerja. Mereka merupakan karyawan PT Geutah Kaye yang telah bekerja sejak tahun 2000 lalu dan bertugas sebagai juru masak. Namun sejak bulan Agustus tahun lalu mereka dimutasikan dari mess Separi I ke mess Separi II. Karena jarak keduanya jauh maka mereka menolak untuk dipindah dan memilih berhenti bekerja. Dengan meminta pesangon dan sisa pembayaran gaji serta uang lembur yang menjadi hak mereka. Pihak perusahaan tidak dapat menerima begitu saja, karena menganggap keduanya telah mengkir dari kerjaannya. Dengan alasan ketidakdisiplinan sehingga perlu dibina lebih lanjut. Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu kami melakukan pembinaan, kata Erwan Agim Direktur PT Geutah Kaye. Dengan alasan bahwa masalah kedisiplinan tidak dapat ditolerir maka perusahaan tidak dapat memenuhi sesuai yang diminta keduanya. Selain itu nilai nominal yang diminta dianggap sangat berlebihan.
Permasalahan ini menjadi panjang dan rumit ketika keduanya saling melaporkan pada pihak yang berwenang. Sampai akhirnya masalah ini mendapat putusan P4D (Penyelesaian Perselisihan Permasalahan Perburuhan Daerah) dari propinsi. Namun belum menghasilkan karena keduanya akan meneruskan ketingkat pusat, karena belum mendapatkan keputusan yang sesuai dengan yang diharapkan. Ketidak sepahaman antar keduanya yang terus berlarut-larut. Maka Komisi I DPRD bersama manajemen perusahaan, Pengadilan Negeri, kepolisian dan Dinas Tenaga Kerja Kukar memfasilitasi pertemuan antar karyawan dan perusahaan untuk dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Keduanya memiliki itikat baik untuk dapat menyelesaikan dengan musyawarah, kata Martin Apuy. Maka mengambil jalan tengah yang terbaik bagi keduanya masih terbuka lebar.
Akhirnya penantian panjang Mariani dan Herman telah berakhir. Setelah lebih dari delapan bulan berjuang untuk mendapatkan haknya, kesepakatan perdamaian antar keduanya telah disepakati. Tuntutan berupa ganti rugi pesangon, kekurangan gaji dan upah lembur yang diminta dapat dipenuhi perusahaan. Walaupun tidak sebesar tuntutan semula, namun dengan dipenuhinya hak mereka sebesar Rp 14 juta untuk masing-masing karyawan. Kesepakatan ini membuat lega kedua belah pihak, PT Geutah Kaye dengan karyawannya Mariani dan Herman. Kami menerima kesepakatan ini, pada dasarnya kami ingin menempuh upaya damai, papar Mariani.
Sebenarnya untuk masalah ini bisa dilakukan dengan berbagai cara.
1. Membentuk suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui loudspeaker.
2. Buat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi masalah di lapangan.
3. Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi.

KONFLIK ANTARA ATASAN
Tak perlu heran jika dalam suatu perusahaan terdapat bebagai macam konflik. Baik konflik antar karyawan, konflik antara atasan dan konflik antara karyawan dengan atasan. Ada beberapa faktor penyebab dari beberapa konflik tersebut, yaitu:
  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
  • Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
  • Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.


Konflik juga dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut:
  1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas
  2. Hambatan komunikasi
  3. Tekanan waktu
  4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
  5. Pertikaian antar pribadi
  6. Perbedaan status
  7. Harapan yang tidak terwujud


Pada halaman ini, penulis ingin membahas konflik antar pemimpin atau antar atasan.
Konflik antar pemimpin tak luput dalam suatu organisasi perusahaan. Seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya faktor penyebab dari konflik tersebut, yaitu:
  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
  • Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
  • Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.


Contoh real yang sering terjadi dalam konflik antar pemimpin adalah rasa ingin saling menonjol dalam kepiawaian memimpin. Hal ini dapat terlihat dari cara mereka dalam:
  • Bersikap kepada karyawan dengan cara berlebihan
  • Cara mereka berlomba-lomba dalam memanjakan karyawan
  • Perbedaan keputusan yang tak berujung saat dibutuhkannya suatu keputusan,
  • Persaingan yang tak lumrah dalam memperoleh jabatan lebih, dan hal-hal lainnya yang dapat menimbulkan penialaian tersendiri dari karyawan.


Konflik tersebut dapat dicegah atau dikelola dengan :
  • Disiplin : Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer utama atau pemilik perusahaan harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
  • Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan : Konflik dapat dikelola dengan mendukung manajer utama atau pemilik untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya.
Misalnya : manajer junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi manajer senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.

  • Komunikasi : Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
  • Mendengarkan secara aktif : Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

Oleh : Ketua Umum DPP-SPAI
           Jamali Burma
Share:

0 komentar:

Posting Komentar